Semanggi Sumini, Kudapan dari Tanaman Rawa Surabaya yang Mendunia

SURABAYA, BANGSAONLINE.com – “Semanggi Suroboyo, lontong balap Wonokromo. Dimakan enak sekali, sayur semanggi krupuk puli, bung… mari… Harganya sangat murah, sayur semanggi Suroboyo. Didukung serta dijual, masuk kampung, keluar kampung, bung… beli…”

Itulah sepenggal syair “Semanggi Suroboyo”, sebuah lagu keroncong yang diciptakan oleh S. Padimin di era 1950-an. Lagu tersebut menceritakan tentang makanan atau kuliner legendaris khas Kota Surabaya. Tema yang sangat jarang dipakai untuk sebuah lagu keroncong yang umumnya mengisahkan tentang tempat-tempat wisata.

Tidak ada data atau dokumen sejarah yang menyebutkan sejak kapan semanggi mulai dikonsumsi hingga menjadi kuliner legendaris khas Kota Pahlawan itu. Selain lagu keroncong, ada sebuah kartu pos berangka tahun 1907 bergambar seorang wanita penjual semanggi suroboyo. Artinya, pada masa kolonial, kudapan semanggi surabaya sudah eksis.

Bahkan, ada sebuah kisah yang diceritakan secara turun-menurun oleh warga Kampung Semanggi. Kisah itu berawal di era tahun 1960-an saat Presiden Soekarno menjamu para tamunya dari Jakarta di Surabaya dengan pecel semanggi. Tak tanggung-tanggung, penjual semangginya yang dikenal dengan nama Mbah Sari itu langsung diboyong ke Gedung Negara Grahadi Surabaya.

Semanggi juga dikenalkan melalui kesenian khas Surabaya yakni Ludruk di era 1970-an. Ada sebuah lakon yang memerankan seorang perempuan penjual pecel semanggi yang kenes. Ia lalu berteriak memanggil para pelanggannya dengan penuh semangat menawarkan pecel semanggi di bakul yang digendongnya.

Begitulah sejumlah kisah terkait dengan sejarah salah satu kuliner legendaris khas Kota Surabaya bermula. Hal itu diperkuat lagi dengan keberadaan “Kampung Semanggi” yang terletak di Kampung Kendung, RT 07/RW 03, Kelurahan Sememi, Kecamatan Benowo, Kota Surabaya.

Sejak diresmikan menjadi Kampung Semanggi oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya pada 2017 lalu, makin menguatkan semanggi sebagai salah satu ikon Kota Surabaya. Tercatat sebanyak 39 warga yang berprofesi sebagai petani semanggi dengan lahan berupa rawa seluas 3 hektare, sedangkan penjualnya sebanyak 121 warga.

Satu hal lagi yang tidak kalah pentingnya, yakni Pecel Semanggi Surabaya ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kemendikbud Ristek RI pada tahun 2022. Penghargaan ini juga menjadi bukti bahwa pecel semanggi sebagai warisan budaya penting yang berasal dari Kota Surabaya.

Tanaman semanggi yang memiliki nama ilmiah Marsilea Crenata ini tergolong tumbuhan paku air yang biasa tumbuh di lingkungan berlumpur atau basah. Seperti rawa, sawah, parit, serta di tempat-tempat genangan air dangkal lainnya. Bahkan saat tumbuh di sawah, semanggi termasuk tanaman gulma (pengganggu) karena menjalar di sela-sela tanaman padi.

Cara penyajiannya, daun semanggi yang dikukus, dihidangkan bersama rebusan kecambah dan kangkung. Setelah ditaruh di sebuah pincuk (piring daun pisang), lalu disiram dengan bumbu kacang tanah, gula merah, cabai, dan ketela rambat yang memiliki citarasa manis. Rasanya tambah nikmat saat disantap langsung pakai kerupuk puli sebagai sendok.

Sejumlah penelitian membuktikan, daun semanggi memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Seperti menguatkan tulang, memperlancar pencernaan, mendukung kesehatan prostat, menguatkan pembuluh darah, mengurangi rasa panas saat menopause, menurunkan kolesterol, mengurangi pertumbuhan leukimia, serta mencegah penyakit jantung.

Buka Stan Semanggi Siap Saji di Mal-Mal

Tak hanya didominasi oleh warga Kampung Kendung, ternyata kampung semanggi juga bisa dijumpai di Kampung Sawo, Kelurahan Bringin, Kecamatan Sambikerep. Sama-sama berada di Surabaya barat, Kampung Sawo juga mayoritas kaum perempuannya bermata pencaharian sebagai penjual pecel semanggi.

Salah satu penjual semanggi tersebut yakni Sumini (53), warga Jalan Sawo Gang V No. 32A, RT 03/RW 02, Kelurahan Bringin, Kecamatan Sambikerep, Kota Surabaya.

Tak mudah menemui seorang Sumini di kediamannya. Bahkan, penulis pun harus membuat janji beberapa kali agar bisa bertatap muka. Akhirnya, penulis pun berkesempatan untuk bersua meski di luar rumah. Tepatnya di sebuah stan bernama “Kampung Semanggi” yang berada di sentra kuliner lantai dasar Pasar Turi Baru.

Belakangan diketahui, stan tersebut ternyata sengaja ia sewa untuk menjual pecel semanggi siap saji miliknya. Sumini sengaja datang di stannya di hari itu untuk mengecek penjualan dan stok semanggi. Di stan Pasar Turi Baru, ia mempekerjakan seorang wanita.

Tak hanya di Pasar Turi Baru, Sumini juga membuka stan pecel semanggi siap sajinya di sejumlah tempat. Seperti di Pasar Atom, ia buka dua stan sekaligus, yakni di lantai bawah dan atas.

Kemudian, di Depot Bu Rudy Jalan Dharmahusada, serta di Tunjungan Plaza 6 lantai 5. Total, ada 5 pegawai yang ia pekerjakan untuk membantu menjalankan bisnis kulinernya tersebut.

Bahkan di hari ketemuannya bersama penulis, Sumini sudah membuat janji bertemu seseorang untuk melihat stan di Mal Delta Plaza. Ia berencana menyewa satu stan lagi di lokasi yang juga dikenal dengan nama Surabaya Plaza atau Plaza Surabaya tersebut.

“Saya mulai pukul 10 pagi sudah berada di Pasar Turi Baru, siangnya di Pasar Atom, sorenya di Bu Rudy, malam ke TP. Setelah itu baru pulang ke rumah. Seperti itu aktivitas saya sehari-hari,” ujar Sumini kepada BANGSAONLINE.com.

Belum lagi saat ia diajak oleh dinas-dinas terkait untuk mengikuti pameran-pameran ke luar kota, baik dari dinas Pemkot Surabaya maupun Pemprov Jatim. Jadi, praktis waktunya banyak tercurahkan untuk menjalankan dan mengembangkan bisnis kuliner pecel semangginya.

(Sumini bersama pegawainya menjual pecel semanggi siap saji di stan Pasar Turi Baru. Foto: YUDI ARIANTO/ BANGSAONLINE)

Sumini mengungkapkan, menyewa stan-stan tersebut bukan tanpa alasan. Pasalnya, dinas-dinas terkait sekarang ini untuk ajang pameran-pameran lebih mengutamakan para pelaku UMKM yang baru berdiri. Ia lalu nekat mulai menyewa stan di Mal Sogo pada Januari 2020. Saat stan di Sogo ditutup karena satu hal, baru ia menyewa di sejumlah tempat tersebut.

“Dulu kan saya sangat mengandalkan pameran-pameran untuk pemasaran produk semanggi saya. Karena pameran-pameran sekarang ini lebih sering untuk memfasilitasi para pelaku UMKM yang baru merintis, akhirnya saya pun nekat untuk menyewa stan,” ungkapnya.

Jualan Semanggi Keliling hingga Juara Pahlawan Ekonomi

Perjalanan panjang yang menjadikan Sumini seperti sekarang ini tentu tidaklah semulus yang dibayangkan. Ia mengaku awalnya berjualan pecel semanggi sejak tahun 2006 hingga 2015 dengan berjalan berkeliling kampung-kampung di Kota Surabaya. Ia sengaja memilih untuk bekerja karena ingin membantu ekonomi keluarga.

Suami Sumini yang membuka jasa servis barang-barang elektronik itu ternyata masih belum bisa mencukupi kebutuhan keluarga. Ditambah lagi, ketiga anaknya yang beranjak dewasa juga makin menambah daftar kebutuhan mereka. Termasuk kebutuhan akan pendidikan, pakaian, makanan bergizi, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya.

Ia lalu memberanikan diri untuk terjun ke dunia persemanggian. Sumini pun memilih untuk berjualan pecel semanggi, seperti yang banyak dilakukan oleh para tetangga di kampungnya. Mulailah ia diajari memasak pecel semanggi oleh tetangganya.

“Karena saya hanya lulusan SD, ijazahnya tidak laku untuk dijaminkan bekerja di pabrik. Mau jualan lainnya pun saya juga tidak bisa. Ya, akhirnya saya ikut tetangga berjualan semanggi keliling kampung-kampung,” kenang wanita tiga anak ini.

Menginjak tahun 2016, ada seorang teman mengajaknya untuk ikut bergabung ke Pahlawan Ekonomi, sebuah program yang digagas oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pada waktu itu.

“Info dari teman, saya disuruh ikut Pahlawan Ekonomi karena tahu produk saya Semanggi. Meluo wae, awakmu kan dodolan semanggi (Ikut saja, kamu kan jualan pecel semanggi),” ucap Sumini menirukan temannya.

Pahlawan Ekonomi merupakan suatu program pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis komunitas perempuan dan atau keluarga, melalui reengineering process dengan menghidupkan mesin ekonomi kedua dalam keluarga kurang mampu.

Sumini akhirnya mau bergabung dengan program Pahlawan Ekonomi di awal tahun 2016. Dari program Pahlawan Ekonomi yang dibina oleh Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan (Dinkopumdag) Kota Surabaya tersebut, banyak hal yang ia dapat. Mulai dari cara memasak, manajemen keuangan, manajemen pemasaran, serta berbagai hal terkait pengembangan usaha pecel semangginya.

“Di Pahlawan Ekonomi, saya diajarkan bagaimana caranya berinovasi sendiri, memasak, manajemen, jualan online, diajari bikin roti dari semanggi (olahan semanggi), karena basic saya kan kuliner. Program Pahlawan Ekonomi ini juga mengajarkan saya untuk membuat olahan produk dari semanggi,” terangnya.

Baru mengikuti program Pahlawan Ekonomi selama tiga bulan, Sumini langsung menyabet Juara 2 Lomba UMKM se-Kota Surabaya. Hal inilah yang kemudian menarik minat pihak Pemkot Surabaya, Pemprov Jatim, hingga kementerian untuk mengajaknya pameran ke luar kota sampai luar pulau.

“Terus orang-orang kok tertarik sama jualan saya. Akhirnya saya diambil (diajak) dari pemkot (Surabaya) melalui Dinas Koperasi, provinsi (Pemprov Jatim) melalui Dinkop dan UKM Jatim, Disperindag Jatim, Biro Perekonomian Jatim, hingga dari Kementerian Koperasi dan UKM,” terangnya.

“Pameran-pamerannya itu seperti di Magetan, Blitar, Jakarta, Jogja, Semarang, Bandung. Difasilitasi stan saja, jualnya agak mahal untuk biaya penginapan dan transportasi. Sering dapat konsumen atau buyer baru juga di sini. Untungnya, saya sering juara 1 di Jatim karena stan terbaik, penjualan terbanyak,” imbuhnya.

(Sumini bersama produk olahan semanggi dan semanggi instan miliknya saat Bazaar UMKM di Kantor KPPN Surabaya, 26 Juni 2024. Foto: Ist.)

Inovasi Semanggi Instan dan Olahan

Melalui program yang diusung oleh wali kota perempuan pertama di Surabaya itu, Sumini akhirnya bisa berinovasi dengan pecel semangginya, hingga muncullah Semanggi Instan. Mendengar namanya saja, bayangan orang pasti langsung mengarah kepada produk mi instan atau semacamnya.

Ya, semanggi instan. Tidak pernah terbayang sebelumnya oleh Sumini atau bahkan masyarakat umum, sebuah pecel semanggi bisa berubah wujud menjadi instant food atau makanan instan. Pecel semanggi yang biasa disajikan dan dikonsumsi secara langsung, bisa dikemas sedemikian rupa supaya bisa dikonsumsi kapan pun dan di mana pun.

“Kepikiran buat semanggi instan itu setelah saya meraih juara Pahlawan Ekonomi. Saya mulai berpikir untuk bagaimana caranya semanggi saya ini bisa dibawa ke luar kota, luar pulau, bahkan ke luar negeri dengan aman dan tidak basi. Mengingat perjalanan ke luar tersebut membutuhkan waktu pengiriman,” cetus Sumini.

Ia lalu membeberkan alasannya mengemas pecel semanggi menjadi instan saat mendapatkan pesanan dari Singapura. Kebetulan, ada warga Surabaya yang sudah lama tinggal di Singapura dan kangen kuliner legendaris khas Kota Pahlawan itu. Pecel semanggi instan ini ternyata bisa menjadi obat kangen bagi warga Indonesia yang berada di luar negeri.

“Saya kepikiran, lalu telepon-telepon ke pembeli karena takut basi. Alhamdulillah, ternyata tidak. Sejak saat itulah saya mulai memproduksi pecel semanggi instan. Keunggulan produk ini tidak cepat basi dan tahan lama. Metodenya yakni dengan (semanggi) dikeringkan terlebih dahulu,” bebernya.

(Packaging produk Pecel Semanggi Instan berikut isinya)

Tidak berhenti di situ, Sumini juga berkreasi dengan membuat produk-produk lain berbahan baku dari daun semanggi ini. Berkat kreativitasnya, ia berhasil membuat hingga belasan produk olahan semanggi.

Mulai dari rempeyek semanggi, stick semanggi, krispi semanggi, teh daun semanggi, stik ubi semanggi, kerupuk semanggi, bubuk semanggi, lapis kukus semanggi, dendeng semanggi, hingga rendang semanggi. Sedangkan produk unggulan Sumini yakni, pecel semanggi siap saji, pecel semanggi instan, dan rempeyek semanggi.

“Saya membuat olahan semanggi berawal dari pemikiran bagaimana anak-anak muda generasi sekarang yang tidak suka semanggi langsung saji itu, tetap suka makan semanggi. Akhirnya, lahir ide semanggi olahan supaya ada variasinya. Seperti lapis kukus semanggi, stik semanggi, krispi semanggi, kerupuk semanggi, serta kukis semanggi,” ungkapnya.

Oleh sebab itu pula, produk semangginya ia beri nama brand atau merek dagang “Kampung Semanggi”. Sumini beralasan karena di kampungnya banyak tetangga yang berjualan pecel semanggi.

Pemberian nama brand Kampung Semanggi itu dilakukan sejak Sumini mulai bergabung dengan Pahlawan Ekonomi di tahun 2016. Hanya selisih satu tahun sebelum peresmian nama Kampung Semanggi di Kampung Kendung, Kelurahan Sememi, Kecamatan Benowo di tahun 2017.

Proses Pembuatan Kemasan yang Tidak Instan

Dalam pembuatan kemasan atau packaging pecel semanggi instan, tidak seperti nama labelnya yang instan itu. Bahkan, berbanding terbalik. Karena selesainya membutuhkan waktu yang cukup lama hingga satu tahun.

Sumini menuturkan, proses pembuatan packaging pecel semanggi instannya dengan berat 250 gram itu berawal dari kekecewaan. Salah satu bidang di Pahlawan Ekonomi yakni tata rupa, menolak untuk membuatkannya packaging.

Petugas tersebut beralasan karena packaging yang sudah dimiliki Sumini sudah bagus. Terlebih, petugasnya mengaku telah membuatkan packaging orang lain dengan produk yang sama, pecel semanggi instan.

Kekecewaan Sumini akhirnya terbayarkan saat ada seorang mahasiswa Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain, Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya datang ke rumahnya. Ia lalu menawarkan Sumini untuk membuatkan desain pada packaging pecel semanggi instannya secara gratis.

“Saya masih inget namanya Mas Raymond, ia sampai datang langsung ke rumah saya. Entah dari mana dapat info kalau pecel semanggi instan saya butuh packaging sekaligus desainnya,” kenang Sumini sumringah.

Saat sudah jadi, ia merasa tampilan desainnya mirip dengan yang didesain oleh bagian tata rupa untuk orang lain itu. Namun, Raymond meyakinkan Sumini bahwa desainnya lebih bagus dan lebih dikenal karena menunjukkan ciri-ciri Kota Surabaya.

“Seperti ada logo Surabaya (Suro dan Boyo, ikan hiu dan buaya), Tugu Pahlawan, Tugu Bambu Runcing, Penjual Semanggi Gendong, serta Penari Remo, gratis tanpa dipungut biaya. Dibuat sejak pertengahan 2016 hingga pertengahan 2017. Maka, jadilah packaging yang saya pakai sampai sekarang ini,” terangnya.

“Dengan packaging yang baru itu, terus saya launching buat pameran di Jakarta melalui Kementerian Perindustrian dan Perdagangan di ajang TEI (Trade Expo Indonesia) tahun 2017 dan 2018,” imbuhnya.

Sebelum menjadi seperti sekarang ini, dulu kemasan pecel semanggi instan miliknya sangat sederhana dengan memakai tempat kotak plastik dan dilabeli. Ada satu peristiwa yang tidak akan pernah ia lupakan terkait kemasannya dulu. Waktu itu, masih awal-awal jualan pecel semanggi instan, pernah dikira ganja karena melihat dedaunan semanggi kering tersebut.

“Jadi, sampai diodol-odol (bongkar paksa) petugas bandara. Tahunya kejadian itu karena dikomplain pembeli dengan memfoto kondisi paketnya. Akhirnya, saya ganti dengan paket yang baru. Kalau sekarang kan packing kardus. Dengan harga Rp50 ribu sudah dapat krupuk puli, ada sayur, bumbu, sambal, jadi satu dipaking dengan rapi,” ucapnya.

JNE All Out Bantu Distribusi

Usai meluncurkan kemasan yang baru pada tahun 2017 tersebut, Sumini langsung kebanjiran order untuk mengirim pecel semanggi instannya ke luar kota, luar provinsi, luar pulau, bahkan sampai ke luar negeri.

Untuk jasa pengirimannya, Sumini memercayakannya kepada PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir. Ia memilih jasa kurir yang jamak dikenal masyarakat dengan nama JNE itu bukan tanpa alasan. Pasalnya, justru dari para customer yang banyak memilih untuk memakai JNE.

“Perkenalan dengan JNE awalnya banyak pembeli yang memilihnya. Mereka yang minta untuk dikirim ke Jakarta, Bandung, Semarang, juga Jogja. Seiring berjalannya waktu, saya juga makin sering pakai JNE karena banyak macamnya. Seperti kalau pembeli minta kirim cepat, saya biasa pakai yang YES (Yakin Esok Sampai),” terang Sumini.

Dan yang lebih enaknya lagi, lanjut Sumini, petugas atau kurir JNE-nya yang mengambil paket-paketnya langsung ke rumah. Hal ini sangat membantu meringankan pekerjaannya. Ditambah lagi, untuk waktu pengambilan paket pun sangat fleksibel, dari pagi hingga malam hari pun mereka mau mengambilnya. Intinya, pihak JNE all out dalam membantu para pelaku UMKM.

“Jam berapa pun ditunggu. Kata petugas JNE yang jemput, ‘Gak usah ke mana-mana Bu, tinggal duduk manis saja di rumah, nanti saya yang mengambil jam berapa pun, jam 9 sampai 10 malam akan kami ambil’,” ujar sumini menirukan salah satu petugas JNE yang menjemput paketnya.

Widiana, Marketing Communication & Partnership Regional JTBNN (Jawa Timur Bali NTB NTT), mengatakan bahwa pihaknya meluncurkan berbagai program atau promo yang sesuai dengan kebutuhan dari UMKM maupun brand owner. Khusus di Surabaya Regional JTBNN, JNE akan memberikan sebuah promo yang pasti akan sangat dinanti oleh para pelaku UMKM.

“Mulai bulan Juli ini, kita ada promo garansi uang kembali. Jadi, untuk kiriman dalam kota yang terlambat sampai lebih dari 24 jam, kita bahkan berani kasih garansi uang kembali,” jelas Widiana kepada BANGSAONLINE.com.

“Kemudian, program-program yang lain itu tematik disesuaikan dengan momentum setiap bulan. Misalnya, saat Idul Adha, kita ada promo internasional untuk tujuan negara-negara tertentu. Kemudian, dalam rangka memeriahkan Piala Eropa, kita juga ada diskon kiriman internasional hingga 50% untuk tujuan beberapa negara di Eropa,” sambungnya.

Ia juga menyampaikan bahwa pihaknya ada program publikasi untuk memberikan support kepada para pelaku UMKM dalam rangka turut mempromosikan brand-brand mereka ke seluruh Indonesia. Caranya melalui platform JNE di Youtube, dengan programnya bernama “Cerita Joni”.

“Di situ isinya adalah podcast mengenai UMKM atau brand owner dan kisah suksesnya dalam membangun bisnis tersebut. Konten tersebut diproduksi oleh JNE di cabang masing-masing, kemudian akan disebarluaskan melalui akun media sosial JNE ke seluruh Indonesia,” tuturnya.

Widia menambahkan, pihaknya selalu all out dalam memberikan servis atau pelayanan kepada para pelaku UMKM. Mereka tinggal duduk manis di rumah menunggu petugas untuk menjemput paketnya hingga malam hari.

“Bahkan, sebelum ada banyak layanan ekspedisi bermunculan, JNE adalah ekspedisi pertama dengan free pick up tanpa batasan berat,” pungkasnya.

Diminati Pasar Luar Negeri

Tidak hanya dinikmati di Jawa, pecel semanggi instan Sumini juga banyak diminati oleh masyarakat luar Pulau Jawa. Maka, pengiriman semaggi instannya juga dilakukan ke Sumatera, Kalimantan, Bali, Sulawesi, dan Papua. Mulai dari Batam, Bengkulu, Bandar Lampung, Samarinda, Denpasar, Manado, Sorong, Timika, hingga Merauke.

“Di Sorong, Papua Barat ini yang paling sering order. Mereka rata-rata ASN yang asli sana memang minta dikirim pecel semanggi instan dari Surabaya. Karena mereka tahu semanggi berasal dari Surabaya, di daerahnya kan tidak ada,” jelas Sumini.

Sedangkan untuk pasar luar negeri, Sumini mengirimkan semanggi instannya sampai ke Malaysia, Singapura, Australia, Hongkong, hingga ke Korea Selatan (Korsel). Kalau pengiriman ke luar negeri, Sumini mengatakan bahwa mereka biasa membeli pecel semanggi instannya hingga 10 boks.

Sementara untuk produk-produk olahannya seperti kukis semanggi, rempeyek semanggi, dan lain-lainnya itu terjual saat Sumini mengikuti pameran-pameran yang digelar di dalam dan luar kota hingga luar pulau tersebut. Bahkan dari ajang itu, Sumini sering mendapatkan sejumlah buyer baru.

Di dalam kota sendiri, ia mengaku terbantukan oleh pihak Pemkot Surabaya melalui Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah dan Perdagangan (Dinkopumdag) dengan memajangnya di stan UMKM yang berda di Balai Kota Surabaya, Surabaya Kriya Gallery MERR (SKG MERR), serta di Mal Pelayanan Publik Siola (SKG Siola).

Tempat-tempat tersebut merupakan pusat oleh-oleh milik Pemkot Surabaya untuk memfasilitasi para pelaku UMKM di Kota Pahlawan. Juga di sejumlah destinasi wisata seperti Tunjungan Romansa dan lain sebagainya.

Kepala Dinkopumdag Kota Surabaya Dewi Soeriyawati mengatakan, pihaknya selalu mendukung para pelaku UMKM dengan melakukan pelatihan-pelatihan, fasilitasi sertifikasi, hingga pemasarannya.

Ditambah lagi, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi telah banyak melakukan gebrakan ekonomi yang dimulai ketika pandemi melandai akhir 2021 lalu.

“Salah satunya di destinasi wisata Tunjungan Romansa yang menghadirkan sekitar 25 booth atau stan berupa rombong UMKM bidang makanan dan minuman. Termasuk salah satunya adalah booth Kampung Semanggi milik Ibu Sumini ini,” sebutnya.

Berbicara omzet, Sumini mengklaim mencapai Rp40 juta hingga Rp50 juta per bulannya. Hingga saat ini, Sumini mempekerjakan sebanyak 9 karyawan. Termasuk di dalamnya sang suami dan seorang anaknya. Sisanya tetangga, serta warga setempat dekat stan semanggi yang ia buka.

Anaknya nomor dua itu menjadi ujung tombak pemasaran melalui online atau media sosial (medsos).

Mimpinya Sumini saat ini adalah ingin membuka sebuah restoran yang khusus menyajikan semanggi berikut olahan-olahannya, seperti dendeng semanggi hingga rendang semanggi. Juga produk-produk olahan semanggi lainnya akan ia pajang semua. Ia berencana membukanya di Surabaya dulu, baru kemudian Jakarta. (ari)

#JNE #ConnectingHappiness #JNE33Tahun #JNEContentCompetition2024 #GasssTerusSemangatKreativitasnya

The post Semanggi Sumini, Kudapan dari Tanaman Rawa Surabaya yang Mendunia
first appeared on bangsaonline.com.
https://ouo.io/0JqM1Z

Leave a comment

Design a site like this with WordPress.com
Get started